Stok vaksin COVID-19 di Indonesia dinilai cukup untuk mengintensifkan gerakan percepatan vaksinasi di masyarakat guna mempercepat target pembentukan herd immunity.
_____________________________________________

JAKARTA | Upaya pemerintah untuk mempercepat pembentukan herd immunity di masyarakat semakin gencar dilakukan. Terakhir, pemerintah telah mendatangkan 1,5 juta dosis vaksin COVID-19 merek Sinopharm pada Jumat (30/7) lalu.
Vaksin COVID-19 yang tiba di tanah air itu merupakan produksi Sinovac dalam bentuk bulk atau setengah jadi. Seluruhnya nanti akan diproses terlebih dulu oleh Bio Farma.
“Saat ini jumlah vaksin COVID-19 yang akan diproduksi Bio Farma mencapai 117,3 juta dosis vaksin jadi. Jumlah tersebut akan digunakan untuk percepatan vaksinasi yang ditingkatkan di bulan Agustus nanti.” terang Arya Sinulingga, Staf Khusus Kementerian BUMN, Kamis (29/7).
Stok vaksin COVID-19 bakal didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia
Arya menambahkan bahwa Bio Farma juga telah mendistribusi 80 juta lebih dosis vaksin jadi ke 34 Provinsi. ”Hingga saat ini stok vaksin di Indonesia cukup untuk digunakan dalam beberapa waktu ke depan. Jadi jika ada pemberitaan yang menyebutkan stok vaksin dibuang, itu tidak benar.
Stok yang ada saat ini membuktikan pasokan vaksin COVID-19 di Indonesia dalam kondisi aman dan stok tersebut akan digunakan untuk percepatan vaksinasi,” jelas Arya.
Hingga saat ini, Indonesia telah mengamankan 174,6 juta dosis vaksin dalam bentuk bulk dan jadi. Pada bulan Agustus 2021, Rencananya pemerintah akan mendatangkan 45 juta dosis vaksin COVID-19 dari Sinovac, AstraZeneca, Moderna dan Pfizer.
“Dengan rencana dan stok yang sudah diamankan, Indonesia bisa memastikan pelaksanaan vaksinasi di Agustus aman dan bisa ditingkatkan untuk memenuhi target. Tentunya penggunaan vaksin tersebut akan diatur oleh pemerintah,” kata Arya.
Dorong percepatan vaksinasi dengan cermat
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid mengatakan, stok vaksin yang akan digunakan nantinya diharapkan dapat digunakan dengan cermat.

Diharapkan vaksin yang tersedia selain untuk memperluas cakupan vaksinasi masyarakat di daerah, juga mempertimbangkan agar masyarakat yang menerima dosis pertama juga dipastikan mendapat dosis kedua pada waktunya.
Menurut dr. Nadia, selain mengejar cakupan vaksinasi agar 70% masyarakat telah menerima dosis pertama, perlu pengaturan jadwal vaksinasi bagi penerima dosis pertama dan pengelolaan stok vaksin yang baik untuk memastikan setiap orang yang telah mendapatkan dosis pertama akan mendapatkan vaksinasi dosis kedua tepat waktu. Hal tersebut karena kedatangan vaksin ke Indonesia juga secara bertahap.

“Di tengah tingginya minat masyarakat untuk mengikuti vaksinasi, kami mengimbau pelaksana vaksinasi di seluruh Indonesia agar dapat mencermati pengaturan jadwal yang telah disediakan oleh pemerintah pusat agar jadwal vaksinasi dapat kita jaga dengan baik sesuai dengan ketersediaan vaksin yang kita terima secara bertahap dari produsen vaksin sampai Desember 2021,” terang dr. Nadia.
Laju vaksinasi harian hingga akhir Juli 2021 telah menyentuh angka rata-rata 1,1 juta dosis per hari. Dengan skema kedatangan vaksin yang baik seperti saat ini, diperkirakan laju percepatan vaksinasi COVID-19 bisa menyentuh angka 2 juta dosis per hari di Agustus nanti.

Herd immunity
Pencapaian target-target percepatan vaksinasi tersebut dinilai penting demi tercapainya pembentukan herd immunity di tengah-tengah masyarakat.
Kementerian Kesehatan berencana mendorong laju vaksinasi di 54 Kabupaten/Kota di wilayah aglomerasi di Jawa Bali. Dengan menggandeng pemerintah daerah, TNI/POLRI, lembaga lain, dan swasta, Kemenkes meyakini akan menggenjot cakupan vaksinasi 70% untuk dosis pertama. (*) [HeloBorneo.com]
Berita Lainnya
Raih 15 Medali Sea Games 2021, Hetifah Sjaifudian Apresiasi Kiprah Airlangga Hartarto Nahkodai Wushu Indonesia
Menparekraf Sandiaga Uno Soroti Pentingnya Pengembangan Potensi Pariwisata Ekonomi Kreatif Kalsel
UAS Dideportasi, Minta Penjelasan Dubes Singapura di Jakarta: Apakah Karena Teroris, ISIS, atau Narkoba?