Ibu Kota Negara (IKN) dikaitkan dengan penambahan jumlah penduduk Indonesia yang saat ini terus bertambah. Menteri BUMN Erick Thohir memberikan pendapatnya terkait hal tersebut.
_____________________________________________

JAKARTA | Pembicaraan mengenai rencana pemindahan Ibu Kota Negara itu disinggung oleh Menteri BUMN Erick Thohir. Dirinya mengaitkan rencana itu dengan penduduk Indonesia yang terus bertambah jumlahnya.
Dilansir dari Antara, Erick Thohir mengungkapkan kekagumannya terhadap sosok Jokowi yang akhirnya menggolkan rencana itu setelah sebelumnya menjadi wacana selama berpuluh-puluh tahun.
“Saya salut kepada bapak Presiden Joko Widodo mengenai Ibu Kota Baru, Kenapa? Penambahan jumlah penduduk Indonesia sangat cepat. 50 juta penambahan penduduk di Indonesia mau ke mana? Mau ke Jakarta lagi? Mau ke Bandung lagi atau kota besar lainnya? Tidak bisa!” ujar Erick Thohir seperti dikutip dalam wawancara di sosial media di Jakarta, Selasa (1/6/2021).
Ibu Kota Negara dan teori mengatasi pertambahan penduduk
Sosok yang menjabat Menteri BUMN itu mengungkapkan teori terkait upaya untuk mengatasi pertambahan jumlah penduduk tersebut. Menurutnya, ada dua teori, dan keduanya dilakukan oleh dua negara berbeda.

Pertama, Amerika Serikat, bagaimana kota-kota kecil dan desa-desa di negara itu ditumbuhkan ekonominya. Kampus Columbia University sendiri berdiri di sebuah desa atau kota kecil, bukan di kota besar.
Sementara, untuk teori kedua, Erick Thohir menyinggung langkah yang dilakukan China. Menurutnya, negara asal Panda itu memiliki cara lain yaitu membangun kota-kota baru di negaranya.
Terkait kedua teori itu, menurut Erick, keduanya adalah pilihan.
Pilihan Indonesia menggenjot pembangunan
Lalu apakah Indonesia harus seperti China yang gencar membangun semua ibu kota baru dan kota-kota baru? Menurut Erick, Indonesia belum tentu kuat dalam hal anggarannya.
Lebih lanjut, Erick mengungkapkan pilihan yang telah diputuskan Indonesia.
“Jadi pilihannya, tentu kita harus menumbuhkan sebuah ibu kota baru, tetapi titik-titik pertumbuhan di desa-desa dan kota-kota kecil di wilayah lainnya harus ikut ditumbuhkan juga supaya terjadi keseimbangan. Jadi keseimbangan itu penting,” jelasnya.
Ia juga menambahkan, saat ini rakyat Indonesia bertanya kepada generasi mudanya, sebagian besar dari mereka belum tentu mau tinggal di Jakarta. Umumnya, hanya mau tinggal di Jakarta kalau ada peluang.
Terkait dengan transportasi kendaraan di kota-kota besar, Erick juga memberikan contoh lainnya bahwa kota London sendiri sudah memutuskan bahwa kendaraan publik itu harus kendaraan listrik pada 2027.
Kemungkinan nantinya akan ada negara besar di mana mobilnya sudah nirkemudi atau autonomous, tidak pakai supir.
“Namun apakah karena hal itu kita langsung menyerah dan memilih tetap menggunakan kendaraan bensin, padahal ketersediaan bensin akan menurun ke depannya. Perubahan ini harus terjadi,” pungkasnya. (*) [HeloBorneo.com]
Berita Lainnya
Raih 15 Medali Sea Games 2021, Hetifah Sjaifudian Apresiasi Kiprah Airlangga Hartarto Nahkodai Wushu Indonesia
Menparekraf Sandiaga Uno Soroti Pentingnya Pengembangan Potensi Pariwisata Ekonomi Kreatif Kalsel
UAS Dideportasi, Minta Penjelasan Dubes Singapura di Jakarta: Apakah Karena Teroris, ISIS, atau Narkoba?