
JAKARTA | Pemerintah serius ingin mengembangkan industri baterai kendaraan listrik. Beberapa investor yang telah lama berkecimpung di bidang itu sedang dijajaki oleh pemerintah untuk melakukan kerja sama.
Ketua Tim Percepatan Proyek Electric Vehicle (EV) Battery Nasional Agus Tjahajana Wirakusumah mengatakan konsorsium BUMN yang akan mengembangkan proyek industri baterai kendaraan listrik telah menjajaki kerja sama dengan tujuh investor global.
Sebagaimana dilansir dari Antara, Agus mengatakan konsorsium BUMN itu sedang melakukan penjajakan gelombang pertama.
“Saat ini tengah dilakukan penjajakan calon mitra atau investor. Dari proses penjajakan untuk calon mitra pada gelombang pertama, terdapat tujuh grup perusahaan yang telah memenuhi kriteria diantaranya CATL, LG Chem, Samsung, Tesla, dan BYD,” jelas Agus dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Senin (1/2/2021).
Kriteria investor yang dicari untuk kembangkan industri baterai kendaraan listrik
Tak main-main, Agus menjelaskan penjajakan calon mitra untuk digandeng dalam pengembangan industri baterai kendaraan listrik di nusantara ini dilakukan atas sejumlah kriteria.
Beberapa kriteria diantaranya yaitu memiliki jejak global di dalam industri EV battery. Selain itu, mitra juga harus memiliki rencana untuk melakukan ekspansi bisnis.
Kriteria yang tak kalah penting yaitu calon mitra juga harus memiliki kekuatan finansial yang mumpuni dan investasi di bidang baterai.
Terakhir, mitra yang akan digandeng dalam pengembangan industri baterai kendaraan listrik ini harus memiliki reputasi merek yang baik dan memiliki hubungan dengan perusahaan Original Equipment Manufacturer (OEM).
Holding BUMN untuk kembangkan industri baterai kendaraan listrik
Kementerian BUMN sendiri telah menyiapkan konsorsium Indonesia Battery Holding (IBH) yang akan ikut membangun industri baterai kendaraan listrik.

Konsorsium itu terdiri atas empat BUMN yakni PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Pertamina (Persero), dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
Agus menjelaskan MIND ID sebagai holding industri pertambangan bersama Antam berperan untuk menyediakan bijih nikel sebagai bahan baku baterai hingga diolah menjadi bahan antara berupa prekursor dan katoda.
Pertamina akan berperan untuk memanufaktur produk hilir meliputi pembuatan sel baterai, battery pack, serta Energy Storage System (ESS). Sementara PLN, akan berperan untuk pembuatan baterai sel, penyediaan infrastruktur SPKLU, pengisian daya kendaraan listrik dan integrator Energy Management System (EMS).
Ada pun pembangunan fasilitas daur ulang akan dilaksanakan oleh PT Nasional Hijau Lestari.
“Walaupun penjajakan akan dimulai segera, (pembangunan) baru akan mulai masuk di bisnis sekitar 4-5 tahun yang akan datang setelah dirasa cukup populasi kendaraan yang membutuhkan adanya daur ulang baterai,” pungkasnya. (sumber: Antara) (*) [HeloBorneo.com]
Berita Lainnya
Raih 15 Medali Sea Games 2021, Hetifah Sjaifudian Apresiasi Kiprah Airlangga Hartarto Nahkodai Wushu Indonesia
Menparekraf Sandiaga Uno Soroti Pentingnya Pengembangan Potensi Pariwisata Ekonomi Kreatif Kalsel
UAS Dideportasi, Minta Penjelasan Dubes Singapura di Jakarta: Apakah Karena Teroris, ISIS, atau Narkoba?